Sabtu, 24 September 2011

renungan II


Jika perbandingnnya dengan yang cacat fisik ato cacat mental jelas sekali terlihat, mereka memang jelas – jelas ada yang kurang, dan itu sangat memperjelas perbedaannya, sekarang coba lihat dari sudut pandang lain, mereka yang terlahir dengan keberuntungan dan mereka yang terlahir dengan kekurangan batin tapi lengkap fisik serta mentalnya. Mereka yang beruntung entah karena keluarganya, latar belakang pendidikan keluarga ato lebih tepatnya orang tua mereka, ekonomi orang tua, kepribadiaan orang tua, cara dan pandangan bahkan kebiasaan hidup orang tua, lingkungan hidup mereka, norma – norma yang ada baik keluarga atopun lingkungan, ayah dan ibu mereka, jelas sangat berbeda dengan seseorang yang tumbuh dengan latar belakang keluarga yang biasa saja ato bahkan latar belakang keluarga yang kurang baik, baik pendidikan, ekonomi, cara dan pandangan hidup bahkan kebiasaan, ayah dan ibu yang tidak begitu mementingkan perkembangan anak, mereka terlalu mengajarkan kemandirian yang sangat berlebih pada anak. Memang itu bukanlah hal yang terlihat, tapi sangat terasa bagi pelakunya, orang – orang disekitarnya mungkin tidak melihatnya karna para pelaku orang seperti ini cenderung menyembunyikan apa sih yang ada dibalik hidupnya, di balik keceriaan ato bahkan arogansinya, cueknya, egoisnya, kedewasaannya, dll yang melekat pada diri orang baik itu baik atopun buruk. Tapi justru hal tersebut membuatnya semakin merasakan kejamnya dunia ini. Seolah Tuhan tidak memberikan kesempatan yang sama dengan orang – orang beruntung itu. Sungguh menyedihkan bukan?????

Seseorang yang cacat fisik ato mental sekarang ini sangat dipedulikan orang, banyak yang mengasihi dan membantu mereka karna penderitaan mereka sangat tampak oleh mata hati apa lagi mata kita sendiri. Ya walopun itu terjadi karna sesuatau yang melekat pada diri mereka, tapi itu lebih baik daripada kita menderita tapi tak tampak oleh siapapun, hanya kita yang tau siapa yang akan mengasihi kita, kalo bukan diri sendiri ini???

Banyak versi orang – orang yang lahir tidak dengan keberuntungan. Rata – rata kepribadaian mereka tidak baik, menuju hal negatife sebagai pelampiasan atas apa yanga mereka pendam dalam hidup mereka, karna tidak bisa dipungkiri lagi manusia itu butuh pelampiasan oh ya lebih tepatnya pengungkapan terhadap apa yang dipikirkan atopun yang mereka rasakan. Sesorang bisa saja menjadi arogan, sentiment, mudah depresi ato stres, mempunyai keegoisan yang tinggi, tidak pedulian dengan lingkungan bahkan orang lain, cenderung ugal – ugalan, minder, dan parahnya mereka tidak berani bermimpi  hanya punya harapan itu semua pun tetap bergantung pada kondisi mereka, tidak berani meluar biasakan hidup mereka, yah hidup mengalir saja, kemungkinan besar orang yang berpedoman seperti itu latar belakangnya kurang baik, entah itu apa karna setiap orang berbeda, tapi ada yang tidak, mereka hanya takut terjatuh jadi mengikuti saja apa yang ada, seolah pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam hidup mereka.

Bermimpi tinggi bagi mereka yang berlatarbelakang tidak baik itu sama saja tidak tau diri, itulah pandangan yang ada dalam masyarakat yang tidak begitu memahami hidup, hidup bagi mereka hanya memenuhi kebutuhan pokok saja, tidak ada planning untuk hal lain, hal yang luar biasa. Ya wajar saja mereka tidak berani bermimpi, bahkan cenderung mengubur apa yang mereka inginkan jika sekiranya itu tidak pantas bagi mereka, banyak yang mencibir baik itu si Beruntung atopun orang yang senasib dengan mereka. Pada akhirnya mereka tidak bisa merubah kelasnya, selalu dibawah, diinjak, dan dipandang sebelah mata, untuk naik ke tangga di atasnya sangatlah susah, boro – boro naik menyentuh saja tidak bisa, ingin berontak tapi apalah daya, mereka tak punya apa yang dimiliki si beruntung, mereka hanya punya jiwa dan raga. Inilah KASTA dalam hidup yang tidak akan pernah hilang dimata manusia, hanya dimata Tuhanlah semua jabatan dan apa yang melekat pada diri manusia itu sama.

Kasta tersamar yang membunuh jiwa, mimpi dan otak mereka. Jika saja mereka dan orang di lingkungan mereka menyadari bahwa setiap manusia itu punya KESEMPATAN YANG SAMA, hanya saja jalannya yang berbeda. Memang sih yang semua dilakukan atopun yang melekat pada diri ini tidak bisa lepas dari mana kita berasal. Tapi bagi mereka keadaan seolah tidak memberikan kesempatan itu, membuat hati terpuruk, sedih, kecewa, dan bahkan jatuh terlalu dalam, yang membuatnya sulit bergerak dan menghirup apa itu kebahagiaan, apa itu senang, apa itu kasih, yang ada hanya sakit. Dia tak pernah sejajar dengan yang lainnya, yang lebih baik darinya.

Faktor ekonomi, yah jika sesuatu hal sudah berurusan dengan yang satu ini yang membuat semuanya berantakan. Hanya 5% orang yang hidupnya tidak terpengaruh dengan ekonomi. Jika Si Ekonomi sudah berbicara, semua ikut bergerak. Seseorang yang ekonominya bermasalah itu sangatlah menghambat tumbuh kembang bakat, keberaniannya untuk melangkah lebih dari orang – orang sepertinya itu.

Semua akan berkutat dengan yang namanya UANG, tidak terkecuali, karna hidup ini tidaklah gratis, kecuali yang berhubungan dengan Tuhan, itu bisa ditoleransi. Musuh terbesar dan sahabat terbaik manusia adalah UANG ini jika kita tidak menyangkut pautkan dengan Sang Penguasa Jagad Raya ini, manusia dengan manusia. Memang sangat menyebalkan bukan????

Kata orang dengan pendidikan dan kemampuan otak seseorang bisa naik ketangga diatasnya untuk sejajar dengan si beruntung itu. Tapi ku pikir itu ngga akan bertahan lama, kemampuan, bakat, pendidikan juga butuh uang walopun hanya sedikit, disetiap langkah seseorang harus ada hal yang mendukungnya bukan??? Banyak sedikitnya uang yang dimiliki seorang yang masih bergantung dengan keluarganya juga tidak lepas dari asal ekonomi keluarga, yah lagi – lagi kembali ke asalnya.

Bagi seseorang yang berbakat jika ekonomi tidak mendukung, mereka lebih memilih untuk mengubur bakat dan potensi yang memungkinkan mereka bisa hidup lebih baik dari sebelumnya, mereka takut untuk menggapai mimpi atopun mengembangkan apa yang mereka bisa dan punya, yah karena mereka tidak punya kesempatan. Bagi mereka uang adalah musuh. Anda tentunya bisa melihat, banyak orang – orang yang tidak berbakat, tidak punya kemampuan hanya karena uang yang mereka punya, mereka bisa menaikkan derajatnya, atopun bertahan dimana Kasta keluarganya bertahan, itu Cuma karna dia BERUANG.

Jika orang itu biasa – biasa saja, otak, kemampuan, bakat, pendidikan, bahkan dirinya sendiri tidaklah lebih nilainya dari sebuah UANG. Apalah arti mereka dimata dunia, jawabannya hanya BIASA SAJA, ada atopun tidaknya mereka tidak berpengaruh bagi kehidaupan mereka, bagi aktifitas sehari – hari mereka. Bagi mereka sendiri dunia inipun biasa – biasa saja. Menghindari cemooh, dan bersikap biasa saja itu sudah cukup. AMBISI ??? tidaklah penting, bagi mereka itu hanya dongeng saja, tidak perlu bersusah – susah juga sudah bisa hidup. Jalani saja apa yang ada. TARGET ???? ah itu tidak perlu dipikirkan, mengalir itu lebih enak, sukur beruntung, kalo ngga ya udah, itulah keseharian mereka. Orang cuek dengan hidup, mimpi, ambisi, target itulah mereka.

Si Beruntung, memonopoli semua jalan dengan uang, karna itu adalah tindakan menyelamatkan diri, itu bagi mereka yang hanya beruntung tapi isinya NOL BESAR. Menjlankan kehidupan ini dengan uang mudah dan terjauhi dari resiko kegagalan, toh semua orang butuh uang, setiap hari mereka membutuhkannya, siapa yang tak mau, bahkan orang berbakat saja tergiur dan kalah dengan ini. Hidup bagi mereka tak lebih sebuah perhitungan akuntansi, debet, kredit, dan saldo serta laba rugi. Toleransi, piuhhhh apa itu..???!!!!! bahkan seseorang yang berasal dari kehangatan keluarga bisa mereka pengaruhi, itulah alasan mengapa mereka tetap baik – baik saja, yah masalahnya itu yang mereka punya. Bukankah seseorang akan mengexplore habis – habisan apa yang mereka bisa dan apa yang mereka punya, benar begitu bukan???

Memang uang tidaklah memberikan knyamanan, justru karna itulah bagi mereka pemegang ekonomi, memonopoli semua hal dengan uang. Bagi mereka persetan dengan yang namanya kehangatan dan kenyamanan, setiap harinya hanya berkutat dengan uang dan uang. Memang benar sebagian permainan hidup dimenangkan uang.

Orang yang berdalih uang itu bukan segalanya, uang bukan yang dia cari dan butuhkan, mungkin dia harus merenung. Hidup kita ini dengan uang, presentase uang dalam sehari – hari kita lebih besar dan bahkan paling besar jika dilihat – lihat, so tanpa uang ato tak sudi memandang ato bahkan mengakuinya itu penting, terlalu gengsi namanya, tapi gengsi yang mengingkari kenyataan. Yah mungkin dia tidak mau dibilang matre, gila harta ato apalah, karna pendapat orang – orang sekitar, uang itu tidak bikin kita tenang. Padahal kalo kita cermati, bukankah ketenangn tercapai kalo semua kebutuhan kita telah terpenuhi dengan baik, sedangkan kebutuhan sehari kita berkutat dengan uang. Sekarang begini, bagaimana bisa dikatakan tenang kalo kebutuhan tak terpenuhi, bagaimana bisa kita memenuhi kebutuhan kita, sedangkan pemenuhnya ngga ada, apa ini yang disebut TENTRAM ???

Tidak mengakuinya (uang) itu pendusta hidup, karna presentase kehidupan ekonomi di dunia ini lebih banyak daripada yang lain. Kebutuhan utama manusia memang bukan uang, tapi ketentraman hati.

Bagi mereka yang didukung secara fisik, mental serta financial, hidup ini adalah kesempatan besar untuk lebih baik, ato menggapai sesuatu yang ada di depan mereka walopun itu masih pada tingkat yang sama. Mereka berfikir, selagi ada dukungan kenapa tidak dimanfaatkan. Tapi orang – orang seperti ini justru yang berani mencibir si tak beruntung dalam hidup, dia berani berkata tentang sesuatu yang berbau nyentrik, berbau intelek, berbau ekonomi karna mereka tau, seberapa besar dan ukurannya, mereka untuk bisa mencapai mimpi yang tinggi, ambisi tinggi si tak beruntung itu. Mereka tau kalau smuanya tidaklah gampang, butuh usaha yang nyata, tidak hanya kemauan yang mengadukan dengan keberuntungan, tidaklah main – main dalam menjalankan itu semua, tidak pula butuh persiapan yang sedikit, semuanya butuh preppare yang maksimal. Mereka berfikir, semampu apa sih mereka?? Mereka punya apa untuk mendukung apa yang mereka mau??? Mereka bisa apa??? Selain berharap??? Ibarat PUNGGUK YANG MERINDUKAN BULAN. Tapi mereka bukanlah orang yang mementingkan uang lebih depan dari kemampuannya, uang baginya adalah fasilitas pendukung yang memudahkan menggapai apa yang mereka mau.

Jadi beginilah uang memonopoli hidup kita, sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Jadi apa pendidikan dan otak orang biasa – biasa saja lebih penting dari uang? Yah kecuali mereka punya attitude yang baik, setidaknya itu yang memberi nilai plusnya. Tapi bagi yang tidak punya keistimewaan, apa yang perlu dilihat dari mereka, semua biasa dan semua sama saja, hanya mata – mata tak acuh yang melihatnya dengan penuh penyindiran.

Bagi mereka kasta itu ada dan bahkan sangat terlihat jelas disini. Tapi coba lihat bagi mereka yang berotak cemerlang dalam pendidikan, uang rada sedikit bisa diabaikan, tapi tetap saja untuk mendukung kecemerlangan juga dengan uang ini bagi mereka yang tidak beruntung ekonominya, tapi bagi yang beruntung uang bukanlah masalah, masalahnya dia itu, kemauan dan usaha. Dia punya banyak kesempatan untuk mengexplorenya , inilah lawan bagi mereka – mereka yang kurang beruntung ekonominya, tapi otak cemerlang, kesempatan dan waktu baginya sangatlah penting, karna itu ngga akan dating berkali – kali, dan tidaklah mudah untuk mendapatkkannya.