Senin, 09 Desember 2013

PARIBASAN JAWA

1. Ana dina, ana upa.
 ada hari ada rezeki

2. Ora obah, ora mamah.
 Siapa yang tidak bergerak (berusaha), tidak makan.

3. Witing tresna jalaran saka kulina.
 Cinta bermula dari kebiasaan.

4. Ngono ya ngono, ning aja ngono.
 Begitu ya begitu, tapi jangan terlalu begitu ( jangan berlebihan).

5. Durung menang yen durung wani kalah, durung unggul yen durung wani asor, durung gedhe yen durung wani cilik.
 Belum menang kalau belum berani kalah, belum unggul kalau belum berani rendah, belum besar kalau belum berani kecil.

6. Sing salah bakal seleh.
Siapa yang salah akhirnya akan menyerah.

7. Ngelmu iku kelakone kanthi laku.
Ilmu itu bisa terwujud dengan cara dilakukan (belajar).

8. Memayu hayunin bawana.
Menambah indahnya dunia yang memang sudah diciptakan sedemikian indahnya.

9. Aja adigang, adigung, adiguna.
Jangan mengandalkan kekuasaan, keluhuran, dan kepandaiannya.

10. Wani ngalah luhur wekasane.
Orang yang mau mengalah akan mulia di kemudian hari.

11. Angon mongso.
Menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.

12. Becik ketitik ala ketara.
Baik dan buruk pasti akan ketahuan di kemudian hari.

13. Mburu uceng kelangan dhelek.
Mencari sesuatu yang kecil malah kehilangan sesuatu yang lebih berharga.

14. Cincing-cincing meksa klebus.
Bermaksud irit tapi justru boros.

15. Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh.
Meskipun bertindak pelan-pelan tetapi bisa terlaksana keinginannya.

16. Kakehan gludhug kurang udan.
Terlalu banyak bicara tetapi tidak ada kenyataannya.

17. Mulat salira, hangrasa wani.
Sebelum bertindak harus tahu diri, dipikir dengan jernih, tidak sembrono, supaya tidak mengecewakan orang lain. Jika merasa mampu maka bertindak, namun jika tidak mampu harus berani mengatakan tidak.

18. Milih-milih tebu oleh boleng.
Terlalu banyak pertimbangan akhirnya justru mendapat hal yang tidak baik.

19. Ngundhuh wohing pakarti.
Setiap orang akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya.

20. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.
Jika hidup saling rukun maka akan sejahtera, jika hidup saling berselisih maka akan membuat rusak.

21. Sepi ing pamrih, rame ing gawe.
Melakukan suatu pekerjaan dengan giat tanpa pamrih.

22. Sluman slumun slamet.
Meskipun kurang hati-hati namun masih diberi keselamatan.

23. Tega larane ora tega patine.
Meskipun hati tega melihat orang lain sengsara tetapi masih mau memberi pertolongan.

24. Yitna yuwana lena kena.
Barang siapa berhati-hati akan selamat, sedangkan yang ceroboh akan mendapat petaka.

25. Ajining diri dumunung ana ing lathi.
Kehormatan seseorang terletak pada tutur katanya.

26. Ajining raga ana ing busana.
Kehormatan seseorang secara fisik dilihat dari busana yang dikenakan.

27. Alon-alon waton kelakon.
Biar lambat tidak apa-apa asalkan tercapai tujuannya.

28. Yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani.
Kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan sok berani.

29. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi daya kekuatan.

30. Sapa sira sapa ingsun.
Orang harus bisa menempatkaan diri, jangan sembarangan menyuruh atau memerintah orang lain.

31. Utang lara nyaur lara, utang pati nyaur pati.
Segala perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain akan dibalas setimpal perbuatannya.

32. Basa iku busananing bangsa.
Budi pekerti seseorang bisa terlihat dari tutur kata yang diucapkannya.

33. Aja dumeh.
Siapa pun tidak boleh mengandalkan jabatan, kedudukan, atau kepandaiannya untuk menekan orang lain karena manusia sama di hadapan Sang Khalik.

34. Cedhak kebo gupak.
Berteman dan bergaul dengan orang jahat pasti nantinya akan ikut-ikutan / terbawa-bawa.

35. Aja goleh wah, mengko dadi owah.
Jangan melakukan suatu pekerjaan dengan didasari dengan niat mencari perhatian orang atau mendapatkan pujian melainkan lakukanlah dengan niat baik dan ketulusan.

36. Balilu tau pinter durung nglakoni.
Orang bodoh tetapi sering mempraktekan suatu pekerjaan akan lebih dihargai daripada orang pintar tetapi belum pernah mempraktekan pekerjaan tersebut.

37. Sabar sareh mesthi bakal pakoleh.
Berbuat sesuatu janganlah terburu-buru agar mendapat hasil yang diinginkan.

38. Durung pecus keselak besus.
Belum memiliki bekal yang cukup, tetapi memiliki keinginan yang bermacam-macam.

39. Kendel ngringkel, dhadag ora godhag.
Mengaku berani dan pandai tetapi sesungguhnya penakut dan bodoh.

40. Kalah cacak menang cacak.
Setiap pekerjaan sebaiknya dicoba terlebih dahulu untuk mengetahui dapat atau tidaknya pekerjaan tersebut diselesaikan.

41. Garang garing.
Orang yang sok kaya tetapi sesungguhnya berkekurangan.

42. Kemrisik tanpa kanginan.
Mengatakan kebersihan hatinya sendiri karena khawatir dirinya diduga orang melakukan hal yang tidak baik.

43. Sak beja bejane wong lali, isih beja wong kang eling lan waspada.
Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa, masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada.

44. Bapa kesolah anak molah.
Jika orangtua sedang mengalami kesulitan, anak juga ikut merasakan akibatnya.

Dikutip dari buku 172 Kumpulan Pepatah Bijak Menuju Hidup Lebih Baik karya Hendro Cahyo Suwarno.

Sabtu, 24 September 2011

renungan II


Jika perbandingnnya dengan yang cacat fisik ato cacat mental jelas sekali terlihat, mereka memang jelas – jelas ada yang kurang, dan itu sangat memperjelas perbedaannya, sekarang coba lihat dari sudut pandang lain, mereka yang terlahir dengan keberuntungan dan mereka yang terlahir dengan kekurangan batin tapi lengkap fisik serta mentalnya. Mereka yang beruntung entah karena keluarganya, latar belakang pendidikan keluarga ato lebih tepatnya orang tua mereka, ekonomi orang tua, kepribadiaan orang tua, cara dan pandangan bahkan kebiasaan hidup orang tua, lingkungan hidup mereka, norma – norma yang ada baik keluarga atopun lingkungan, ayah dan ibu mereka, jelas sangat berbeda dengan seseorang yang tumbuh dengan latar belakang keluarga yang biasa saja ato bahkan latar belakang keluarga yang kurang baik, baik pendidikan, ekonomi, cara dan pandangan hidup bahkan kebiasaan, ayah dan ibu yang tidak begitu mementingkan perkembangan anak, mereka terlalu mengajarkan kemandirian yang sangat berlebih pada anak. Memang itu bukanlah hal yang terlihat, tapi sangat terasa bagi pelakunya, orang – orang disekitarnya mungkin tidak melihatnya karna para pelaku orang seperti ini cenderung menyembunyikan apa sih yang ada dibalik hidupnya, di balik keceriaan ato bahkan arogansinya, cueknya, egoisnya, kedewasaannya, dll yang melekat pada diri orang baik itu baik atopun buruk. Tapi justru hal tersebut membuatnya semakin merasakan kejamnya dunia ini. Seolah Tuhan tidak memberikan kesempatan yang sama dengan orang – orang beruntung itu. Sungguh menyedihkan bukan?????

Seseorang yang cacat fisik ato mental sekarang ini sangat dipedulikan orang, banyak yang mengasihi dan membantu mereka karna penderitaan mereka sangat tampak oleh mata hati apa lagi mata kita sendiri. Ya walopun itu terjadi karna sesuatau yang melekat pada diri mereka, tapi itu lebih baik daripada kita menderita tapi tak tampak oleh siapapun, hanya kita yang tau siapa yang akan mengasihi kita, kalo bukan diri sendiri ini???

Banyak versi orang – orang yang lahir tidak dengan keberuntungan. Rata – rata kepribadaian mereka tidak baik, menuju hal negatife sebagai pelampiasan atas apa yanga mereka pendam dalam hidup mereka, karna tidak bisa dipungkiri lagi manusia itu butuh pelampiasan oh ya lebih tepatnya pengungkapan terhadap apa yang dipikirkan atopun yang mereka rasakan. Sesorang bisa saja menjadi arogan, sentiment, mudah depresi ato stres, mempunyai keegoisan yang tinggi, tidak pedulian dengan lingkungan bahkan orang lain, cenderung ugal – ugalan, minder, dan parahnya mereka tidak berani bermimpi  hanya punya harapan itu semua pun tetap bergantung pada kondisi mereka, tidak berani meluar biasakan hidup mereka, yah hidup mengalir saja, kemungkinan besar orang yang berpedoman seperti itu latar belakangnya kurang baik, entah itu apa karna setiap orang berbeda, tapi ada yang tidak, mereka hanya takut terjatuh jadi mengikuti saja apa yang ada, seolah pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam hidup mereka.

Bermimpi tinggi bagi mereka yang berlatarbelakang tidak baik itu sama saja tidak tau diri, itulah pandangan yang ada dalam masyarakat yang tidak begitu memahami hidup, hidup bagi mereka hanya memenuhi kebutuhan pokok saja, tidak ada planning untuk hal lain, hal yang luar biasa. Ya wajar saja mereka tidak berani bermimpi, bahkan cenderung mengubur apa yang mereka inginkan jika sekiranya itu tidak pantas bagi mereka, banyak yang mencibir baik itu si Beruntung atopun orang yang senasib dengan mereka. Pada akhirnya mereka tidak bisa merubah kelasnya, selalu dibawah, diinjak, dan dipandang sebelah mata, untuk naik ke tangga di atasnya sangatlah susah, boro – boro naik menyentuh saja tidak bisa, ingin berontak tapi apalah daya, mereka tak punya apa yang dimiliki si beruntung, mereka hanya punya jiwa dan raga. Inilah KASTA dalam hidup yang tidak akan pernah hilang dimata manusia, hanya dimata Tuhanlah semua jabatan dan apa yang melekat pada diri manusia itu sama.

Kasta tersamar yang membunuh jiwa, mimpi dan otak mereka. Jika saja mereka dan orang di lingkungan mereka menyadari bahwa setiap manusia itu punya KESEMPATAN YANG SAMA, hanya saja jalannya yang berbeda. Memang sih yang semua dilakukan atopun yang melekat pada diri ini tidak bisa lepas dari mana kita berasal. Tapi bagi mereka keadaan seolah tidak memberikan kesempatan itu, membuat hati terpuruk, sedih, kecewa, dan bahkan jatuh terlalu dalam, yang membuatnya sulit bergerak dan menghirup apa itu kebahagiaan, apa itu senang, apa itu kasih, yang ada hanya sakit. Dia tak pernah sejajar dengan yang lainnya, yang lebih baik darinya.

Faktor ekonomi, yah jika sesuatu hal sudah berurusan dengan yang satu ini yang membuat semuanya berantakan. Hanya 5% orang yang hidupnya tidak terpengaruh dengan ekonomi. Jika Si Ekonomi sudah berbicara, semua ikut bergerak. Seseorang yang ekonominya bermasalah itu sangatlah menghambat tumbuh kembang bakat, keberaniannya untuk melangkah lebih dari orang – orang sepertinya itu.

Semua akan berkutat dengan yang namanya UANG, tidak terkecuali, karna hidup ini tidaklah gratis, kecuali yang berhubungan dengan Tuhan, itu bisa ditoleransi. Musuh terbesar dan sahabat terbaik manusia adalah UANG ini jika kita tidak menyangkut pautkan dengan Sang Penguasa Jagad Raya ini, manusia dengan manusia. Memang sangat menyebalkan bukan????

Kata orang dengan pendidikan dan kemampuan otak seseorang bisa naik ketangga diatasnya untuk sejajar dengan si beruntung itu. Tapi ku pikir itu ngga akan bertahan lama, kemampuan, bakat, pendidikan juga butuh uang walopun hanya sedikit, disetiap langkah seseorang harus ada hal yang mendukungnya bukan??? Banyak sedikitnya uang yang dimiliki seorang yang masih bergantung dengan keluarganya juga tidak lepas dari asal ekonomi keluarga, yah lagi – lagi kembali ke asalnya.

Bagi seseorang yang berbakat jika ekonomi tidak mendukung, mereka lebih memilih untuk mengubur bakat dan potensi yang memungkinkan mereka bisa hidup lebih baik dari sebelumnya, mereka takut untuk menggapai mimpi atopun mengembangkan apa yang mereka bisa dan punya, yah karena mereka tidak punya kesempatan. Bagi mereka uang adalah musuh. Anda tentunya bisa melihat, banyak orang – orang yang tidak berbakat, tidak punya kemampuan hanya karena uang yang mereka punya, mereka bisa menaikkan derajatnya, atopun bertahan dimana Kasta keluarganya bertahan, itu Cuma karna dia BERUANG.

Jika orang itu biasa – biasa saja, otak, kemampuan, bakat, pendidikan, bahkan dirinya sendiri tidaklah lebih nilainya dari sebuah UANG. Apalah arti mereka dimata dunia, jawabannya hanya BIASA SAJA, ada atopun tidaknya mereka tidak berpengaruh bagi kehidaupan mereka, bagi aktifitas sehari – hari mereka. Bagi mereka sendiri dunia inipun biasa – biasa saja. Menghindari cemooh, dan bersikap biasa saja itu sudah cukup. AMBISI ??? tidaklah penting, bagi mereka itu hanya dongeng saja, tidak perlu bersusah – susah juga sudah bisa hidup. Jalani saja apa yang ada. TARGET ???? ah itu tidak perlu dipikirkan, mengalir itu lebih enak, sukur beruntung, kalo ngga ya udah, itulah keseharian mereka. Orang cuek dengan hidup, mimpi, ambisi, target itulah mereka.

Si Beruntung, memonopoli semua jalan dengan uang, karna itu adalah tindakan menyelamatkan diri, itu bagi mereka yang hanya beruntung tapi isinya NOL BESAR. Menjlankan kehidupan ini dengan uang mudah dan terjauhi dari resiko kegagalan, toh semua orang butuh uang, setiap hari mereka membutuhkannya, siapa yang tak mau, bahkan orang berbakat saja tergiur dan kalah dengan ini. Hidup bagi mereka tak lebih sebuah perhitungan akuntansi, debet, kredit, dan saldo serta laba rugi. Toleransi, piuhhhh apa itu..???!!!!! bahkan seseorang yang berasal dari kehangatan keluarga bisa mereka pengaruhi, itulah alasan mengapa mereka tetap baik – baik saja, yah masalahnya itu yang mereka punya. Bukankah seseorang akan mengexplore habis – habisan apa yang mereka bisa dan apa yang mereka punya, benar begitu bukan???

Memang uang tidaklah memberikan knyamanan, justru karna itulah bagi mereka pemegang ekonomi, memonopoli semua hal dengan uang. Bagi mereka persetan dengan yang namanya kehangatan dan kenyamanan, setiap harinya hanya berkutat dengan uang dan uang. Memang benar sebagian permainan hidup dimenangkan uang.

Orang yang berdalih uang itu bukan segalanya, uang bukan yang dia cari dan butuhkan, mungkin dia harus merenung. Hidup kita ini dengan uang, presentase uang dalam sehari – hari kita lebih besar dan bahkan paling besar jika dilihat – lihat, so tanpa uang ato tak sudi memandang ato bahkan mengakuinya itu penting, terlalu gengsi namanya, tapi gengsi yang mengingkari kenyataan. Yah mungkin dia tidak mau dibilang matre, gila harta ato apalah, karna pendapat orang – orang sekitar, uang itu tidak bikin kita tenang. Padahal kalo kita cermati, bukankah ketenangn tercapai kalo semua kebutuhan kita telah terpenuhi dengan baik, sedangkan kebutuhan sehari kita berkutat dengan uang. Sekarang begini, bagaimana bisa dikatakan tenang kalo kebutuhan tak terpenuhi, bagaimana bisa kita memenuhi kebutuhan kita, sedangkan pemenuhnya ngga ada, apa ini yang disebut TENTRAM ???

Tidak mengakuinya (uang) itu pendusta hidup, karna presentase kehidupan ekonomi di dunia ini lebih banyak daripada yang lain. Kebutuhan utama manusia memang bukan uang, tapi ketentraman hati.

Bagi mereka yang didukung secara fisik, mental serta financial, hidup ini adalah kesempatan besar untuk lebih baik, ato menggapai sesuatu yang ada di depan mereka walopun itu masih pada tingkat yang sama. Mereka berfikir, selagi ada dukungan kenapa tidak dimanfaatkan. Tapi orang – orang seperti ini justru yang berani mencibir si tak beruntung dalam hidup, dia berani berkata tentang sesuatu yang berbau nyentrik, berbau intelek, berbau ekonomi karna mereka tau, seberapa besar dan ukurannya, mereka untuk bisa mencapai mimpi yang tinggi, ambisi tinggi si tak beruntung itu. Mereka tau kalau smuanya tidaklah gampang, butuh usaha yang nyata, tidak hanya kemauan yang mengadukan dengan keberuntungan, tidaklah main – main dalam menjalankan itu semua, tidak pula butuh persiapan yang sedikit, semuanya butuh preppare yang maksimal. Mereka berfikir, semampu apa sih mereka?? Mereka punya apa untuk mendukung apa yang mereka mau??? Mereka bisa apa??? Selain berharap??? Ibarat PUNGGUK YANG MERINDUKAN BULAN. Tapi mereka bukanlah orang yang mementingkan uang lebih depan dari kemampuannya, uang baginya adalah fasilitas pendukung yang memudahkan menggapai apa yang mereka mau.

Jadi beginilah uang memonopoli hidup kita, sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Jadi apa pendidikan dan otak orang biasa – biasa saja lebih penting dari uang? Yah kecuali mereka punya attitude yang baik, setidaknya itu yang memberi nilai plusnya. Tapi bagi yang tidak punya keistimewaan, apa yang perlu dilihat dari mereka, semua biasa dan semua sama saja, hanya mata – mata tak acuh yang melihatnya dengan penuh penyindiran.

Bagi mereka kasta itu ada dan bahkan sangat terlihat jelas disini. Tapi coba lihat bagi mereka yang berotak cemerlang dalam pendidikan, uang rada sedikit bisa diabaikan, tapi tetap saja untuk mendukung kecemerlangan juga dengan uang ini bagi mereka yang tidak beruntung ekonominya, tapi bagi yang beruntung uang bukanlah masalah, masalahnya dia itu, kemauan dan usaha. Dia punya banyak kesempatan untuk mengexplorenya , inilah lawan bagi mereka – mereka yang kurang beruntung ekonominya, tapi otak cemerlang, kesempatan dan waktu baginya sangatlah penting, karna itu ngga akan dating berkali – kali, dan tidaklah mudah untuk mendapatkkannya.

              

Selasa, 26 Juli 2011

KONYOOOOOOLLLLLLLLL

copyright.imeldasari.ultahparterq

Suatu hal konyol yang pernah kulakukan. Lihat saja apa itu????!!!! Tak pernah terfikirkan sbelumnya, hanya mlakukan apa yang ada ialam hati dan apa yang ku inginkan, haiah ulang tahun untuk seseorang yang spsial di hati bntuknya aja kaya gitu..sungguh tak pantas untuk dibrikan, sungguh tega Imel membrikan itu untuknya…
Memang sih tidak seberapa, tapi tidak mudah ko untuk menjadikannya dalam bentuk sedemikian rupa. Yah ku pikirkan cukup lama, karma orang itu terlalu membingungkan jadi ya apa yang akan ku berikan juga cukup bingung, apa sih ya???? Iulah yang slalu aku pikirkan, dan bagaimana ya??? Begitulah yang ada dalam otakku. Sungguh ku tak ingin  melakukan sesuatu yang biasa orang lakukan, aku Cuma pingin laen dari yang laen, makanya bentukanne kaya ngana..hahahaha.. WAGU JAYA NINDONESIA MERDEKA
Pssstttttt…. !!!!!! kaya gitu juga bikin ribut tau…!!!! Sempat ditolak mentah-mentah, cuma cara pemberiannya aja sih..hehehe, tapi ya aa cukup bikin aku kcewa, saat ia mngeetakan tidak mau mengembilnya.huhuhuhuhuhu…..tapi pada akhirnya manis juga sih, tak tau deh baginya itu berarti ato tidak. I don’t know, I wish he will save that until ??????? I was die, mybe, I don’t know, ya intinya itu harapanku, memberi n membuat sebuah kesan. trimakasih kau telah menerimanya dengan baik, dan bersedia menyimpannya.

yah memang aku sengaja membuat misteri disini, entah kau menyadari ato tidak. bukan tanggal 9 tapi 27, bukan secara langsung tapi lewat perantara..semuanya ada maknanya.

KFFI WITH VIKA N JANNAH

Pengalaman baru bagi kami dan terutama bagi saya pribadi. Pasalnya ini untuk yang pertama kali dan saatnya mengimproviasikan pelajaran kejuruan yang kami dapat di sekolah, terutama dalam bidang video editing dan peripheral multimedia. Kemaren – kemaren Kita hanya melakukan latihan, tapi sekarang inilah saatnya melakukan hal yang bener – bener nyata..SAAT UNJUK KEBOLEHAN…xixixixiixi, BISA ??? SUKSES KAH ??? hanya itu yang ada dibenak kami. Berbekal pengetahuan yang tidak seberapa, dan bantuan dari pihak penyelenggara RATIH TV melalui penyuluhan peserta lomba Kami maju dengan keyakinan BISA mengemban tugas dari SMK NEGERI 1 KEBUMEN dengan baik, itulah hal yang memotivasi Kita hingga mendapat 2 penghargaan dari 3 penghargaan, cukup memuaskan bukan????. Yah walaupun AMATIRAN tapi film yang kami beri judul AMATIR_RUN pun menyabet dua penghargaan. Inilah jerih payah Kami, yang penting usaha hasil no 2. SUTRADARA TERBAIK dan PENULIS SKENARIO TERBAIK itulah penghargaan yang Kami dapat dengan tidak mudah pula, susah, sedih, bertengkar, sampe gila – gilaan itu yang mewarnai kurang lebih 1 bulan pembuatan film yang hanya berdurasi 8 menit. “BUSYETtttttt..hanya 8 menit aja sampe berminggu-minggu !!!!! “ kata Vika sang sutradara.

    Imelda Sari, Linaeli Fika Rizkiyani, dan Miftahul Jannah ditugaskan untuk mengikuti KFFI ini, awalnya Nurfarida Isnawati bukan aku tapi gara-gara kepentok sama PKL akhirnya aku yang menggantikannya. Aku sendiri sebagai Penulis scenario, Vika sebagia sutradara, dan Jannah sebagai kamerawati (bukan kameramen cz kita kan cewe hehehe….) . Dari pantai hingga gunung itu objek yang kami ambil. Pantai bocor, rel kereta Selang, koplak, stanplat dan pegunungan dekat SMENZA serta bundaran Tugu Lawet dan tak lupa plataran Danamon, oh ya sama Bapak polisi yang lagi piket pos deket tugu lawet dan bapak-bapak sopir angkot di stanplat kebumen, itu scan yang ada dalam film berdurasi 8 menitan ini. Yah tak lupa Kami ucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya (wwwkkkkk jangan banyak-banyak mb ntar nyosor…hehehehe). Berkat kerjasama kalian kami berhasil menyelesaikan film ini. oh ya tidak lupa ucapan terimakasih untuk bapak CAHYO yang udah bantu editing, buat Pak Moca yang bersedia dengan suka rela jadi pemain film kami, Pak BUDI yang udah kasih banyak masukan, Pak Manto yang udah mepekin skenarionya. Buat DESTY, TIKA, dan ONI sebagai pemeran utama.


Minggu, 03 Juli 2011

My Girlfriend is Gumiho episode 15

Jadi disinilah kita, satu bulan setelah putus. Mi-ho masih hidup dengan kondisi sehat dan memakai nama Park Sun-joo. Setelah kepulangannya ke Korea dari lokasi syuting di Cina, Dae-woong melihat kalau Dong-joo telah menutup kantornya dan mengira kalau Dong-joo dan Mi-ho telah pindah bersama.

Dae-woong bereaksi waktu nama seorang pelayan kafe dipanggil – Park Sun-joo, siapa lagi? – tapi ternyata dia wanita lain. Sambil menggeleng kepalanya, dia mengingatkan dirinya bahwa tidak ada alasan bagi Mi-ho untuk tetap berada di Korea, dan tepat saat itulah Mi-ho berjalan di belakang Dae-woong.

Namanya dipanggil juga (Park Sun-joo) dan lagi2 Dae-woong mencarinya. Pandangan Dae-woong dihalangi oleh sebuah taksi dan seseorang, jadi dia menebak dengan kecewa kalau Park Sun-joo adalah nama biasa. Dae-woong berjalan ketika taksi Mi-ho lewat di sampingnya, dia tidak sadar pada keberadaan Mi-ho di dalam taksi itu.
Dae-woong kembali ke loteng sekolah laga yang tetap tidak tersentuh sejak dia pergi. Melihat kenang2an semasa mereka bersama masih disana, Dae-woong mengatakan pada dirinya sendiri kalau merupakan hal bagus bila Mi-ho meninggalkan segalanya. Di sisi lain, Mi-ho bertemu dengan Dong-joo untuk mengurus beberapa urusan untuk keperluan pernikahan mereka yang akan datang. Tapi Mi-ho tidak menunjukkan kegembiraan pada hari besar itu dan menyerahkan semua keputusan pada Dong-joo.

Dong-joo ingin memilih semuanya berdasarkan selera Mi-ho tapi Mi-ho meminta Dong-joo untuk memilih segalanya, mulai dari makanan yang mereka pesan hingga pakaian yang akan Mi-ho kenakan. Dong-joo meminta Mi-ho untuk memastikan mengundang Dae-woong ke pernikahan itu, jadi Dae-woong bisa melihat kalau Mi-ho baik2 saja. Jika Mi-ho bisa dijamin bahwa Dae-woong baik2 saja, hal itu akan membantunya melupakan Dae-woong dan melanjutkan hidupnya sendiri. Dong-joo mengatakan kalimat terakhirnya seolah-olah dia sedang mencoba meyakinkan dirinya; dan bukan rahasia lagi kalau Mi-ho telah kehilangan cahayanya sejak meninggalkan Dae-woong.

Dong-joo, setidaknya, sudah mengaku apa arti ekor Mi-ho yang menghilang dan bahwa tetap kehilangan ekor itu mengindikasikan kalau darah Dong-joo terus membunuh Mi-ho. Selama ini, Dong-joo tetap berharap bahwa jika Mi-ho mampu melupakan Dae-woong dan menerima dirinya sebagai makhluk berdarah campur seperti Dong-joo, maka sisi gumiho Mi-ho akan menguat dan Mi-ho akan menghentikan proses pemusnahan. Akan tetapi, hingga sekarang hal tsb tidak terjadi dan Dong-joo mengatakan dengan prihatin kalau kematian lainnya akan terjadi malam ini. Jika ekor yang ini mati juga, Mi-ho hanya akan punya satu.
Mi-ho tidak yakin apakah dia sudah cukup melupakan Dae-woong untuk menghentikan prose situ tapi dalam beberapa hal, mereka akan tahu malam ini. Tapi mengejutkan juga karena Mi-ho telah memindahkan manik2 serigalanya. Mi-ho mengendap-endap ke apartemen Dong-joo dan mengeluarkan sebuah botol kecil dari tempat persembunyiannya. Mi-ho berkata, “Aku tidak bisa berhenti – aku akan menghilang. Hal bagus bila aku mengeluarkan manik2 yang berisi hidup Dae-woong, sebab ini tidak akan menghilang.” Rasanya menyakitkan sekali bahwa Mi-ho lebih baik mati daripada hidup bukan sebagai manusia!

Dae-woong mengajak Ddoong-ja jalan2 dimana mereka berhenti sebentar di sebuah toko untuk membeli minuman. Dia meninggalkan anjingnya di luar di depan toko, yang menderap untuk bertemu seseorang di kejauhan. Itu Mi-ho! Ini adalah acara rutin mereka karena Mi-ho sering bertemu anjing itu setiap kali bibi Min-sook mengajaknya jalan2 tentu saja tanpa sepengetahuan Min-sook. Mi-ho berbincang dengan Ddoong-ja untuk beberapa saat, lalu beranjak pergi sebelum pemiliknya datang.

Dae-woong muncul dari toko sesaat setelah Mi-ho pergi, jadi mereka tidak saling bertemu tapi Ddoong-ja menggonggong dan menolak untuk menuruti perintah Dae-woong. Malahan, anjing itu berlari. Dan ini, menuntun Dae-woong tepat pada Mi-ho. Mereka tetap bersikap seolah-olah mereka melakukan semua ini untuk kepentingan bersama.
Mi-ho menjelaskan keberadaannya di Korea dengan mengatakan bahwa dia mempunyai beberapa hal untuk diurus sebelum pergi. Dae-woong bertanya apakah Mi-ho sudah berhenti berharap untuk bisa menjadi manusia dan berencana untuk hidup seperti Dong-joo, dan Mi-ho berkata iya. Mi-ho memberikan sekotak kebohongan pada Dae-woong tentang bagaimana dia hidup nyaman di sekitar orang yang tidak tahu dia itu sebenarnya apa, dan bagaimana Dong-joo memberikan banyak bantuan. Faktanya, Mi-ho suka semua hal yang seperti sekarang ini.

Mi-ho mengeluarkan undangan dan menyerahkannya, meminta Dae-woong bahwa dia bisa mendapatkan jaminan kalau dia (Mi-ho) baik2 saja dan tidak harus merasa bersalah. Dae-woong memandangi kertas itu lalu menyerahkannya kembali sambil berkata dia tidak memerlukannya. Dan ternyata Mi-ho memberikan voucher kosmetik pada Dae-woong! Mi-ho meraba-raba dompetnya untuk mencari amplop yang tepat, tapi Dae-woong menyadari kalau anjingnya telah berkelana dan mulai mencarinya. Untungnya sebuah telpon pada kakek bisa memberikan kepastian kalau Ddoong-ja sudah menemukan jalan pulang ke rumah.
Akan tetapi, Dae-woong merasa aneh bahwa Mi-ho tidak bisa mencium bau Ddoong-ja atau mendengarkan pembicaraan telpon dengan kakek. Berpikir kalau ini artinya Mi-ho semakin sekarat, Dae-woong bertanya apakah kekuatan Mi-ho begitu lemahnya sekarang. Mi-ho membuat alasan bahwa dia secara sengaja menyembunyikan kemampuannya untuk berbaur dengan masyarakat. Tapi Dae-woong tahu yang sebenarnya dan kaget pada tanda2 kekuatan Mi-ho yang menurun. Mi-ho bahkan tidak bisa membebaskan diri dari genggaman Dae-woong waktu dia memegang balik Mi-ho dan meminta Mi-ho untuk menggoyang dirinya untuk membuktikan kalau Mi-ho hanya berpura-pura soal kekuatannya.
Mi-ho dengan tajam mengatakan bahwa dia memilih untuk tidak melakukannya, jadi orang2 tidak akan memanggilnya monster seperti yang Dae-woong lakukan, dan pegangan Dae-woong mengendur pada ingatan itu. Mi-ho menggunakan nada menyakitkan untuk membuat Dae-woong tidak bertanya lagi dan pergi dari sana. Tapi dengan kecurigaan yang sudah sangat tinggi, sekarang Dae-woong dipaksa untuk mencari tahu berapa banyak ekor yang masih dimiliki Mi-ho, dan memutuskan untuk tetap menempel Mi-ho sampai dia bisa memeriksanya pada malam hari.

Di sisi lain. Sutradara Ban harus bersikap manis pada Min-sook untuk merayu Min-sook agar tidak dongkol lagi sebab Ban Doo-hong sedang merencanakan pernikahan mereka berdekatan dengan jadwal syuting. Min-sook merasa terluka pada pertunangan mereka yang tergesa-gesa, tapi buang2 waktu adalah pertimbangan yang besar sebab Min-sook sedang hamil. Caranya memenangkan hati Min-sook: Doo-hong mengatakan kalau setelah bertemu dengan Min-sook, kegiatan favoritnya sudah dihilangkan (yaitu minum kopi) sebab, “Kau mengisi kekosongan di dalam sini, kau adalah kopi cinta!”

Untuk memastikan Dae-woong menerima undangan pernikahan Mi-ho, Dong-joo memberikannya pada Hye-in, yang sebaliknya malah menipu Sun-nyeo dan Byung-soo dengan hal itu. Mereka berdua sangat kaget sebab mereka mengira bahwa pasangan itu akan memperbaiki semuanya dan kembali bersama.

Mereka bertanya-tanya atas keterlibatan Hye-in dalam masalah ini, tapi Hye-in mendesah di depan mereka berdua untuk melupakan itu; benar2 tidak bisa dipercaya bahwa mereka lebih memilih membiarkan semua ini berjalan begini. Secara alami, hal ini memicu rasa penasaran Byung-soo dan Sun-nyeo dan mereka membayangakn skenario yang mungkin. Seperti… Dae-woong menghancurkan pernikahan itu untuk menarik Mi-ho dan meninggalkan Dong-joo sendirian di altar.

Tapi mereka ingat bahwa Hye-in mengatakan bahwa cerita itu begitu sangat tidak dapat dipercaya, jadi mereka membayangkan ulang adegannya… hanya saja kali ini Dae-woong malah menarik Dong-joo keluar! Hehehe. Tapi tidak, mereka yakin Dae-woong tidak berputar menjadi pria seperti itu. Jadi skenario ketiga mengharuskan Dae-woong untuk menerobos masuk ke pernikahan itu untuk mengentikannya… sebab mereka bertiga adalah saudara! Bersama, mereka harus bersatu untuk membalas musuh ortu mereka! Aneh!

Dae-woong tetap mengikuti Mi-ho dengan memakai berbagai alasan untuk menghabiskan waktu selagi dia menunggu munculnya bulan. Bersikeras untuk makan daging bersama, Dae-woong punya dua alasan: yang pertama adalah untuk melewatkan waktu, tapi juga untuk mengingatkan Mi-ho hal2 yang dia sukai dan untuk mengetes kebohongannya.
Mi-ho menolak kegiatan ini dengan mengatakan kalau mereka tidak punya hubungan apa2 lagi sekarang. Dae-woong setuju, mengatakan bahwa dia bahkan tidak tahu apa nama belakang Mi-ho sekarang, yang mengacu ke perubahan ekor Mi-ho. Dia dulu menamai Mi-ho Gu Mi-ho, yang berasal dari gumiho dang u artinya sembilan, sesuai dengan jumlah asli ekor Mi-ho. Karena satu per satu hilang, Mi-ho akan mengubah cirinya khas-nya itu – palmiho (delapan), ohmiho (lima), dan seterusnya. Jadi sekarang, Dae-woong ingin tahu apa nama belakang Mi-ho – sa (empat)? Atau sam (tiga)?

Dae-woong menolak pergi sampai Mi-ho membelikannya daging. Karena dulu dia memberikan Mi-ho banyak sekali daging, Mi-ho bisa melakukan itu sekarang. Dae-woong memanggang setiap potong daging itu. Tahu kalau Dae-woong menguji daya tahan Mi-ho saat Mi-ho berpura-pura tidak tertarik pada daging2 itu. Mi-ho mengembalikannya semua pada Dae-woong, menyebutnya sok dengan duduk disini berjam-jam, sehinggal memaksa Dae-woong untuk berbuat sesuai dengan hal itu. Dengan tidak nyaman, Dae-woong menggigit dagingnya sepotong demi sepotong sebab dia tahu kalau waktunya masih panjang.
Setelahnya, Dae-woong minta jus buah dan mesin makanan memakan koin Mi-ho. Tidak ingin menunggu tukang reparasi, Mi-ho menendang mesin itu. Mesin itu memuntahkan koin Mi-ho tapi Dae-woong prihatin pada betapa lemah tendangan Mi-ho jadinya – dia dulunya kuat, kaleng bisa muncul hanya sekali tending saja.
Dae-woong berpura-pura sakit kepala untuk mendekati Mi-ho dan mendapatkan simpatinya, menjelaskan bahwa dia merasa lebih baik sekarang karena dia dekat dengan manik2 Mi-ho. Tahu bahwa itu bohong, Mi-ho menyebut Dae-woong pembohong dan berkata kalau dia akan mengatakan pada semua orang jika Dae-woong adalah penguntit kalau dia masih terus mengikutinya. Dae-woong hanya ingin memeriksa ekor Mi-ho tapi Mi-ho menjawab kalau hal itu membuat Dae-woong menjadi orang yang tidak wajar, plus Dae-woong merupakan seorang pemalas!
Itu memang menyakitkan, tapi itu tidak cukup untuk membuat Dae-woong goyah. Dia mengikuti Mi-ho ke dalam bus. Tapi Mi-ho berpikir cepat dengan segera keluar dari dalam bus dan menjebak Dae-woong di dalamnya. Waktu Dae-woong kembali ke perhentian bus, Mi-ho menyembunyikan dirinya. Dae-woong memandang berkeliling ketakutan mencari Mi-ho dan Mi-ho berkata, “Kau tidak boleh tahu sedang dalam keadaan bagaimana aku. Kau harus berpikir aku hidup dengan bahagia.”
Dong-joo memberitahu Mi-ho bahwa Dae-woong akan mendapatkan undangannya besok. Dia juga mengatakan kalau Dae-woong akan mendapatkan pesannya ketika melihat Mi-ho menikah dan pergi. Mi-ho meminta maaf karena sudah mengacaukan rencana Dong-joo untuk hidup rendah hati tapi Dong-joo malah mengatakan kalau keberadaan Mi-ho membuat segalanya menjadi baik2 saja.

Dengan satu kematian terjadi setiap sebelas hari, hari ini menandai hari ke-88 dan kematian ke-8. Mi-ho mulai merasakan serangan sakit dan berusaha menyembunyikannya dari Dong-joo. Dia pergi ketika sakit itu semakin menjadi-jadi. Mi-ho menuju ke basement untuk mengambil manik2nya dan memegangnya dekat dengan dadanya. Dia melakukannya dengan pelan2 dan hati2 sebab dia tahu hal itu akan membuat Dong-joo kesal karena sudah memindahkan manik2nya.
Dae-woong juga sadar pada jadwal hari ini dan khawatir di rumah, dan berharap agar Mi-ho baik2 saja. Akhirnya, ekor ke delapan Mi-ho menghilang dan rasa sakit Mi-ho mulai menghilang. Mi-ho meletakkan kembali manik2 ke tempat persembunyiannya dan pada saat itulah Dong-joo muncul di pintu. Dia ternyata menjadi curiga dan datang untuk memeriksa Mi-ho.

Mi-ho membuat alasan tapi Dong-joo tahu dan bertanya apakah Mi-ho kehilangan ekornya. Mi-ho mengakuinya. Melihat reaksi Dong-joo, Mi-ho meminta Dong-joo untuk membiarkannya pergi sekarang jadi mereka bisa melanjutkan jalan mereka dengan terpisah, tapi Dong-joo menolak menyerah menolong Mi-ho. Selama Mi-ho masih punya ekor, Mi-ho masih punya kehidupan dalam dirinya dan itu artinya dia masih punya kesempatan.
Tidak mampu menghilangkan kekhawatirannya pada kemungkinan kematian ke delapan Mi-ho, Dae-woong bergegas keluar rumah. Dia dihentikan oleh kakek, yang ingin agar Dae-woong menemani Min-sook dan menjaga bibi ketika bibi mengurusi persiapan perkawinannya. Dengan enggan, Dae-woong menurut. Dae-woong begitu tidak sabar pada urusan itu hingga Min-sook terganggu dengan ketidaksabaran Dae-woong.
Dae-woong dan Min-sook duduk dengan WO-nya. Ketika sedang melihat calendar, Dae-woong memperhatikan nama Park Dong-joo dan Park Sun-joo tapi dia menganggapnya sebagai kebetulan yang lain. Tapi Dae-woong menghampiri mereka ketika Dong-joo dan Mi-ho keluar dari lorong. Dia terluka dan kaget menyadari bahwa mereka menikah. Dengan tajam, Dae-woong berkata kalau jelas sekali Mi-ho baik2 saja.

Sekarang Mi-ho memberikan undangannya pada Dae-woong dan mengucapkan selamat tinggal. Dia juga berkata kalau dia akan bertemu dengan Dae-woong pada upacara pernikahannya. Dengan penuh air mata, Dae-woong bertanya apakah Mi-ho pikir dia akan datang ke pernikahan itu, jadi Mi-ho menawarkan ucapan selamat tinggalnya disini. Karena sakit, Dae-woong berkata, “Jangan saling bertemu lagi.” Dia mengerjapkan air matanya ketika Dong-joo dan Mi-ho berjalan pergi dan mengatakan pada dirinya kalau ini demi kebaikan semua.
Min-sook membaca keadaan ini dan menebak kalau Dae-woong yang dicampakkan, bukan Mi-ho. Bibi membagi cerita ini dengan kakek yang memperhatikan bahwa Min-sook seusia dengan Dae-woong waktu pertama kali dicampakkan. Min-sook mengenang dengan penuh kasih sayang bagaimana Dae-woong selalu berada di sekitarnya untuk menenangkannya.
Sebuah cerita singkat memberitahu kita bagaimana pertama kali Bibi Min-sook dicampakkan yaitu pada tahun 1991, dijelaskan oleh salah satu lagu hit jaman itu dari Shin Seung Hoon. Kemudian ada lagi tahun 1999 yang ditemani oleh lagu dari G.O.D. dan terakhir dengan lagu dari Yoon Da Hyun tahun 2005!

Min-sook memutuskan untuk mengembalikan kebaikan itu dengan menenangkan Dae-woong, jadi dia dan kakek memanjakan Dae-woong dengan makan siang dan memberikan perhatian lebih pada Dae-woong. Sayangnya, sebutan daging membuat Dae-woong lemas lagi, bibi lupa kalau daging adalah sesuatu yang sangat berhubungan erat dengan Mi-ho. Byung-soo memaksa Dae-woong untuk melupakan Mi-ho, dan bahkan menawarkan diri untuk membantu membersihkan loteng. Sutradara Ban sudah memutuskan untuk membersihkan tempat itu dan mereka perlu membuang benda2 yang tertinggal.
Mi-ho melihat album foto yang diisi dengan foto2 Dae-woong yang diambil secara rahasia waktu dia syuting di Cina. Tanpa sepengetahuan Dae-woong, Mi-ho mengikuti Dae-woong ke Cina dan melihat dari pinggir dan sekarang dia menggumamkan alasan kenapa dia tahu kata penguntit, tidak wajar, dan pemalas. Itu karena dia mendapatkan kata2 itu waktu dia mengikuti Dae-woong ke Cina.
Contohnya, Mi-ho melihat seorang pengintai ditegur oleh seorang kru dan memanggilnya penguntit atau orang aneh, sedangkan dia menyebut diri pemalas ketika dia nebeng makan dengan staff. Dong-joo menghampiri Mi-ho yang sedang melihat album dan mengingatkan Mi-ho kalau pernikahan itu adalah ide Mi-ho!

Mi-ho sadar kalau dia harus mengambil beberapa hal terakhir dan Dong-joo mencoba menghentikannya. Dia memohon pada Mi-ho untuk melupakannya – itulah alasan kenapa mereka berbuat sejauh ini dan ketika Mi-ho masih punya nyawa, Mi-ho masih punya kesempatan untuk mendapatkannya. Tapi Mi-ho harus meninggalkan semuanya disini. Mi-ho tidak mau dihalangi jadi dia melepaskan tangan Dong-joo.
Sun-nyeo melihat foto2 yang diambil di Cina, dan sebuah sosok di latar belakang terlihat sama persis seperti Mi-ho. Byung-soo ingin berpura-pura kalau itu bukan Mi-ho, untuk ketenangan pikiran Dae-woong, tapi kemudian Dae-woong muncul di sampingnya untuk ikut melihat, penasaran pada apa yang mereka lihat. Dengan cepat, dia mengenali Mi-ho tapi Byung-soo protes dengan keras dengan berkata kalau itu tidak mungkin Mi-ho. Dae-woong ikut2an, mengatakan kalau itu bukan Mi-ho, meski dengan sangat jelas dia tidak percaya itu.

Benda yang ingin Mi-ho ambil adalah album foto tua – yang berisi banyak foto gembira – dan dia menemukannya kembali di loteng sekolah laga. Ketika melihat boneka kaki ayam, dia memutuskan dia akan menambahkan itu juga – tapi kemudian dia melihat poster kamera digital dan tidak juga ingin meninggalkan itu. Khawatir bahwa pada titik ini dia tidak akan mampu meninggalkan apa2, dia meletakkan yang lainnya dan hanya membawa album foto itu saja.
Melihat calendar yang belum lengkap di tembok, Mi-ho menandai sisa hari yang sudah lewat, berhenti pada hari ke-9. Mendengar seseorang mendekat, Mi-ho bersembunyi di kamar mandi ketika Dae-woong tiba. Dia disini untuk membereskan semuanya. Dia bingung pada album yang hilang itu dan melihat calendar yang baru saja ditandai. Hanya ada satu orang yang bisa melakukan ini dan ini memberi harapan pada Dae-woong kalau Mi-ho datang hari ini.
Mi-ho mendengar pintu depan ditutup, dan dengan hati2 keluar sebab berpikir kalau sudah aman. Hanya saja, dia malah bertemu dengan Dae-woong di pintu depan sedang menunggunya. Mi-ho menyembunyikan album di belakang tapi Dae-woong melihatnya dan menariknya dari Mi-ho. Mi-ho mencoba mempertahankan sikapnya untuk bersikap tidak peduli pada Dae-woong, tapi Dae-woong malah bertanya apakah Mi-ho mengikutinya ke Cina. Dae-woong tidak percaya penyangkalan lemah Dae-woong.

Lagi, Dae-woong meminta melihat ekor Mi-ho, sebab ingin tahu keadaan Mi-ho sekarang. Mi-ho merasa sudah muak dan berlari menuruni tangga menuju gym. Dae-woong menyusul Mi-ho kesana dan ingin tahu alasan sebenarnya kenapa Mi-ho menghindarinya, tidak percaya pada alasan yang diberikan Mi-ho. Dae-woong menebak kalau kematian Mi-ho tidak berhenti – Mi-ho terus kehilangan ekornya, benar kan?
Dae-woong berkata kalau dia benar2 harus tahu bagaimana keadaan Mi-ho. Dengan alunan melankolis, Mi-ho melangkah ke bawah cahaya bulan dan meminta Dae-woong untuk melihat dekat2, “Lihat bagaimana aku, bagaimana hatiku.” Dan ketika Mi-ho menunjukkan keadaannya yang sebenarnya, Dae-woong melihat kalau yang Mi-ho punya hanya satu ekor yang mengayun lemas dan sedih di bawah cahaya bulan.

Sambil menahan air matanya, Mi-ho berkata, “Aku tidak bisa berhenti.” Meski Dae-woong mencurigai yang sebenarnya, dihadapkan pada hal ini adalah sebuah pukulan besar. Dae-woong bertanya dengan cemas, “Kalau begitu kau masih sekarat?” Mi-ho mengangguk, “Aku akan menghilang.”

My Girlfriend is Gumiho episode 14

Setelah tangisan yang hebat sekali, ciuman untuk mengembalikan manik2 serigala, Dae-woong dan Mi-ho memastikan satu sama lain dengan penuh ketenangan sebab berpikir mereka sudah mengalahkan keanehan ini. Dae-woong tersenyum ketika berkata kalau mereka baik2 saja… kemudian dia pingsan.

Byung-soo membantu membawa Dae-woong ke rumah sakit dimana dia dan Mi-ho melihat tanpa harapan saat Dae-woong di bawa ke ruang gawat darurat. Dong-joo muncul untuk menjelaskan kalau pilihan Mi-ho sangat buruk! Ya ampun, kenapa Dong-joo harus bilang kayak gitu???

Mi-ho dipanggil ke ruangan Dae-woong dan dia berjalan sangat hati2 dalam setiap langkahnya. Dia melihat Dae-woong berbaring disana, hampir mati, dan memutuskan bahwa dia harus memberikan kembali manik2 serigalanya. Dong-joo menghentikan Mi-ho dan berkata kalau semuanya sudah terlambat dan tidak ada yang Mi-ho bisa lakukan lagi. Dong-joo memegang tangan Mi-ho dengan erat.

Berikutnya, Dae-woong sadar. Hal pertama yang dia ucapkan adalah, “Lepaskan tangannya!” Dae-woong meminta Dong-joo untuk melepaskan tangan Mi-ho sebab dia sangat baik2 saja dan bahwa peramal sudah sering memberitahukan kakek Dae-woong kalau Dae-woong akan hidup sampai usia 120 tahun! Dae-woong memperkirakan kalau dia masih punya waktu 50 tahun setelah dibagi oleh manik2 serigala.

Dong-joo berjalan dengan lemas sekarang dan bertanya-tanya apakah tujuannya sekarang sudah diubah oleh keputusan seorang manusia, “Keputusan satu orang… untuk orang yang lain.” Dia memikirkan kembali pengumuman Dae-woong di bandara dan pilihan yang mereka ambil demi cinta mereka, yang merupakan kehancuran bagi pandangan Dong-joo tentang dunia.

Mi-ho khawatir tapi Dae-woong berkeras kalau dia baik2 saja. Dae-woong memeriksa Mi-ho tapi manik2 serigala sudah membuatnya baik2 saja. Mi-ho bertanya apakah ini akan membuat empat ekornya yang sudah hilang tumbuh kembali. Dae-woong menarik Mi-ho mendekat dan berkata kalau dia baik2 saja bila Mi-ho menjadi gumiho, jadi dia baik2 saja dengan oh-miho (oh = 5).
Mereka khawatir kalau perjalanan ke Cina akan sulit untuk mereka, jadi mereka menggunakan kunjungan ke rumah sakit untuk mendapat cukup waktu dari Ban Doo-hong. Mi-ho menepuk perutnya dan mengatakan kalau manik2 serigala akan baik2 saja di dalam sana.

Dan tepat pada saat itu kakek, bibi Min-sook dan Byung-soo tiba dia tirai yang lainnya. Kakek ingin tahu apakah ‘manik2 yang sedang mereka bicarakan. Dae-woong ketakutan pada awalnya sebab dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan masalah ini. Sampai kakek menyelesaikan kalimatnya, “Bagaimana mungkin kalian tidak memberitahuku soal cucuku?!” Haha!!!
Ekpresi wajah Dae-woong berubah dari ketakutan menjadi ‘apa2an ini?’ ketika dia menyadari bahwa kakek mengira mereka sedang membicarakan anak mereka yang belum lahir. Dae-woong mencoba meyakinkan mereka kalau Mi-ho tidak hamil, tapi tidak ada yang mempercayainya. Saat kakek mengatakan kalau Mi-ho harus diperiksa dokter untuk memastikan, Dae-woong melangkah ke depan Mi-ho, dan mengumumkan, “Ini benar… Mi-ho membawa manik2ku.” Kakek menggeser Dae-woong ke samping untuk memeluk Mi-ho dengan penuh kegembiraan sedangkan Byung-soo bertepuk tangan dan bibi Min-sook diam saja.

Dong-joo dan Hye-in berduka pada masalah hubungan Mi-ho dan Dae-woong. Hye-in tidak percaya bahwa Dae-woong akan mengorbankan hidupnya dengan cara seperti itu – ini bukan Dae-woong yang dia kenal. Dong-joo berkata kalau Dae-woong pasti berubah karena dia bertemu dengan wanita yang mau menyerahkan seluruh hidupnya jadi Dae-woong menjadi orang yang seperti itu juga.
Kakek mengumumkan kalau Mi-ho harus tinggal di rumah mulai sekarang, dengan begitu ‘manik2’ bisa dijaga dengan baik. Dae-woong akan tingga selama beberapa hari lalu berangkat ke Cina, dan kakek berencana untuk menjaga Mi-ho selagi Dae-woong pergi. Mereka menuju ke atas ke kamar Dae-woong dan Mi-ho memandang Dae-woong penuh harap, “Apa kita… tinggal bersama… di satu kamar?”

Dae-woong gembira mendengar implikasi seks itu tapi Mi-ho mulai menggelengkan kepalanya. Dia sudah mengambil setengah ki Dae-woong dan dia tidak bisa mengambilnya lagi. Dae-woong menjelaskan kalau Mi-ho sudah mengambil setengah dan dia baik2 saja, jadi Dae-woong berpikir kalau akan baik2 saja bila Mi-ho mengambilnya lagi. Mi-ho menggelengkan kepalanya. Terlalu berbahaya. Dae-woong, “Aku bahkan tidak memikirkan hal itu.” Mi-ho berkata, “Aku memikirkan itu banyak sekali.” Dae-woong mulai memasang muka masam dan Mi-ho berkata kalau mereka harus menunggu sampai lewat 100 hari untuk memastikan bahwa semuanya sudah aman.
Mi-ho mengatakan pada Dae-woong kalau dia harus sabar dan Dae-woong malah mengatakan kalau Mi-ho yang harus sabar sebab Mi-ho lah yang selalu mengagetkannya. Yep. Mi-ho bahkan tidak bisa melawannya. Untuk membuat pikirannya jauh dari berpasangan, Mi-ho mengusir Dae-woong dari kamarnya sendiri.

Bibi Min-sook menelpon sutradara Ban karena sudah memberikan waktu istirahat untuk Dae-woong dan ternyata kemarahan Min-sook bukan dalam menilai Mi-ho melainkan karena menjadi nenek sebelum dia menjadi istri orang lain. Hye-in menenggelamkan kesedihan bibi dengan bir lalu membuat keputusan kejam dengan mengirimkan foto Mi-ho yang memamerkan ekornya pada bibi Min-sook. Dia menyuruh bibi untuk mengawasi Mi-ho!

Mi-ho mulai merasa demam pada tengah malam dan Dong-joo memperhatikan keadaan ini, dalam pandangan mistisnya dengan arloji pasirnya bahwa jika manik2 serigala dan energi manusia bisa menyatu dengan aman dalam tubuh Mi-ho… maka Mi-ho mungkin bisa menjadi setengah manusia seperti dirinya.
Mi-ho terbangun dan mata Mi-ho terlihat berwarna biru. Dia dikuasai oleh manik2 serigala yang lapar akan energi manusia. Dia menyelinap ke kamar Dae-woong hingga membuat Dae-woong terbangun. Mi-ho naik ke atas Dae-woong dan semakin mendekat, “Ayo berbagi ki kita.” Kaget, Dae-woong bergerak dengan cepat dan mengingatkan Mi-ho kalau mereka harus bersabar. Tapi Dae-woong melihat mata biru Mi-ho dan sadar kalau dia ada dibawah pengaruh manik2 serigala.

Mi-ho pada akhirnya mengejar Dae-woonh keliling ruangan itu, ingin berpasangan. Dae-woong mendengar bibinya mencari mereka jadi dia mencoba menenangkan Mi-ho. Mi-ho mulai marah karena kehilangan empat ekornya, jadi Dae-woong dengan cepat berpikir dan mengambil mantel bulu bibinya (yang terbuat dari ekor serigala tentu saja) dan hal itu cukup untuk membuat Mi-hi tenang dan tertidur.
Dae-woong membawa Mi-ho kembali ke kamarnya soalnya sekarang Mi-ho sudah kembali tertidur dan kembali ke dirinya yang sebenarnya. Ketika Dae-woong meletakkannya, Mi-ho terbangun dan melihat Dae-woong di atasnya. Mi-ho melompat dan mendorong Dae-woong ke sisi tempat tidur. Mi-ho berteriak pada Dae-woong dan berpikir kalau Dae-woong bahkan tidak bisa menunggu satu malam saja. Mi-ho menghukum Dae-woong karena membiarkan gumiho mengalahkannya dalam permainan menunggu ini.

Dae-woong meluruskan pemikiran Mi-ho dan mengatakan bahwa Mi-ho lah yang datang ke kamarnya sebab ingin berbagi ki dengannya. Mi-ho tidak ingat tapi Dae-woong mengatakan kalau hal itu adalah efek samping karena Mi-ho sudah mendapatkan kembali manik2nya lalu berkata lagi kalau dia akan menjaga Mi-ho. Lalu, Dae-woong duduk di sisi tempat tidur Mi-ho dan memandangi Mi-ho tidur.
Mi-ho: Woong, bagaimana kalau aku berubah menjadi seperti itu, setiap hari?
Dae-woong: Kalau begitu setiap hari… aku akan menjagamu.
Dae-woong memegangi Mi-ho dan mengatakan kalau semuanya akan baik2 saja. Keesokan paginya, tidak ada daging di meja makan dan mata Mi-ho berubah biru ketika dia menyanyi ala zombie meminta daging. Dae-woong melihat ini tepat waktu dan menuntun Mi-ho pergi sambil menutupi matanya. Dae-woong bertanya apakah Mi-ho baik2 saja tapi kemudian Mi-ho memandangi Ddoong-ja dan mulai menyanyi lagi, “Daging, daging…” Bibi Min-sook datang jadi Dae-woong membekap Mi-ho dan berpura-pura sedang main dengan Mi-ho, yang tentu saja bibi rasanya ingin muntah melihat hal manis ini.

Dae-woong memutuskan kalau mereka harus mengatakan yang sebenarnya pada kakek dan pindah ke loteng lalu menemui Dong-joo untuk bertanya tentang kondisi Mi-ho. Dae-woong tidak suka jika dia harus berada disana tapi dia tahu kalau Dong-joo akan tahu lebih banyak tentang keadaan Mi-ho. Dae-woong mengatakan pada Dong-joo kalau dia tidak peduli bila Mi-ho kembali seperti dulu lagi, yang penting dia masih bisa hidup di dunia ini.

Dong-joo malah berkata kalau dia tidak tahu apa-apa lagi. Yang dia tahu adalah Mi-ho punya setengah ki manusia dan setengah ki gumiho dalam tubuhnya. Sedangkan darah setengah manusia yang bisa membunuh keduanya mengalir dalam pembuluh darahnya.
Dong-joo mengatakan kalau kedua ki itu bisa bercampur dengan pas, kalau begitu Mi-ho akan menjadi setengah manusia, seperti dirinya dan darah Dong-joo akan berhenti membunuh Mi-ho. Kalau tidak begitu maka Mi-ho akan meninggal. Dae-woong meminta cara untuk dapat memastikan. Dong-joo mengatakan kalau pada hari ke-55, kematian yang kelima akan datang. Jika Mi-ho tidak kehilangan ekornya, maka darah Dong-joo harus berhenti membunuhnya. Jika Mi-ho kehilangan ekornya, maka sudah bisa dipastikan kalau pada akhir hari ke-100 Mi-ho akan mati.
Setelah mengambil foto keluarga, Dae-woong mengatakan yang sebenarnya pada kakek, dan membuatnya hancur. Demi bisa kembali ke loteng, mereka meninggalkan sejibun orang yang kecewa dan membuat Mi-ho merasa bersalah telah menjadikan setiap orang dalam kehidupan Dae-woong marah pada Dae-woong. Dae-woong menjamin kalau ini bukan karena Mi-ho tapi Mi-ho tidak yakin.

Byung-soo bertanya kenapa Dae-woong mengarang kebohongan seperti itu dan bertanya juga apakah Dae-woong akan menikahi Mi-ho tahun ini. Byung-soo mengingatkan mimpi Dae-woong yang ingin hidup seperti Brad Pitt (oh, I love Brad Pitt!) tapi Dae-woong menjawab kalau dia harus menjalani dua kali kehidupan dalam sebagian waktu hidupnya. Jadi dia tidak mau menyianyiakan apapun.
Dong-joo datang pada hari ke-55 untuk mengingatkan Dae-woong pada bahaya itu. Dae-woong membalas balik kalau dia tahu hari apa sekarang tanpa Dong-joo harus repot2 datang kesini untuk mengingatkannya. Dae-woong pulang ke rumah dan berkeluh kesah pada Mi-ho dan mengumumkan kalau mereka harus berpadu dengan baik jadi semua ini akan berhenti. Mi-ho tidak mengerti apa yang Dae-woong katakan. Jadi Mi-ho berpikir kalau Dae-woong mengatakan bila dia harus berhenti berubah ke wujud gumiho-nya. Dae-woong hanya menyuruh Mi-ho untuk bertahan sampai hari ke seratus dan tetap sebagai Oh Mi-ho.
Malam itu, Dae-woong memandangi Mi-ho dari balkonnya ketika Mi-ho tertidur. Mi-ho bangun tiba2 pada tengah malam dan berlari ke kamar mandi. Dae-woong juga berlari ke pintu kamar mandi untuk melihat apakah Mi-ho baik2 saja, tapi Mi-ho keluar sambil tersenyum… dia sudah kehilangan satu lagi ekornya. Mi-ho berseri-seri sebab dia berpikir kalau dirinya sedang dalam perjalanan untuk menjadi manusia. Tapi Dae-woong benar2 sakit melihat ini.

Dae-woong duduk di luar, mencerna kebenaran itu – Mi-ho sedang sekarat. Mi-ho bertanya-tanya apakah dia sudah membuat Dae-woong khawatir, tapi Dae-woong tidak bisa memberitahu Mi-ho apapun jadi dia bergegas menemui Dong-joo. Mereka bertemu di sebuah atap gedung. Dae-woong meminta cara untuk menghentikan semua ini, untuk menjauhkan Mi-ho dari penderitaan ini. Dong-joo memberitahu Dae-woong satu2nya cara bagaimana Mi-ho bisa diselamatkan: Dae-woong harus pergi dari sisi Mi-ho. Dong-joo mengatakan kalau kedua ki itu mengalami masa2 sulit saat penggabungan sebab Mi-ho masih berpegang pada harapannya untuk menjadi manusia. Dong-joo berujar satu2nya cara agar Mi-ho melewati ini adalah melupakan mimpinya menjadi manusia dan hidup yang sudah dia rancang bersama Dae-woong.

Dae-woong mengumumkan kalau dia tidak peduli Mi-ho itu apa, gumiho atau yang lainnya, dan Mi-ho juga tahu itu. Dae-woong tidak percaya kalau mereka telah beranjak dari salah satu yang bertahan ke berpisah untuk bertahan hidup. Dia tidak percaya kalau satu2nya cara bagi mereka untuk bertahan hidup adalah berpisah.
Dong-joo mengatakan kalau ini adalah perbuatan Dae-woong sendiri, karena Dae-woong orang yang membuat keputusan itu untuk menemukan cara agar mereka bertahan hidup. Inilah akibatnya. Dong-joo meminta Dae-woong untuk menimbang keputusannya dengan hati-hati. Dia menambahkan kalau jika Dae-woong pergi, dia akan mengambil tempat Dae-woong di sisi Mi-ho dan mengajarinya bagaimana hidup di dunia ini, sebagai orang seperti dia (Dong-joo).
Dae-woong pulang ke rumah dan menemukan Mi-ho sedang menunggunya dan Mi-ho masih terus girang pada harapan kehilangan ekornya dan menjadi manusia. Dae-woong mengatakan pada Mi-ho kalau dia gembira pada keadaan mereka sekarang. “Bisakah kau tinggal seperti ini, di sisiku?” Tapi Mi-ho memberitahu Dae-woong tidak untuk melupakan harapan Mi-ho yang ingin menjadi manusia.
Dae-woong mengatakan kalau Mi-ho akan bertambah tua dan meninggal tapi Mi-ho ingin melakukan semua hal itu, dengan Dae-woong. Dae-woong menyadari kalau dengan adanya dia di sisi Mi-ho maka Mi-ho tidak akan menyerah pada hal2 itu dan dia juga tidak bisa memaksa Mi-ho untuk menyerah.

Dae-woong terjaga memandangi Mi-ho tidur malam itu dan tahu apa yang harus dia lakukan. Dae-woong menyerah dan mengambil tangan Mi-ho, memegangnya dengan penuh cinta dan air mata muncul di matanya. Dae-woong mencium tangan Mi-ho dengan manis sambil menahan air matanya. Keesokan harinya, Dae-woong mengajak Mi-ho naik mobil dan Mi-ho bertanya dengan cerianya apakah mereka pergi jalan2. Yep,,, ke rumahnya Dong-joo.

Mi-ho bertanya kenapa mereka pergi kesana dan pada saat itulah Dae-woong memulai pidato (yang sudah dia latih sebelumnya) yang menyatakan kalau sebaiknya mereka berpisah. Dengan berlinang air mata, Dae-woong mengatakan pada Mi-ho kalau dia tidak nyaman dengan semua ini lagi – perubahan itu, Mi-ho yang selalu mengikutinya kemana-mana dan harus berbohong pada semua orang dalam hidupnya. Dae-woong menggunakan kepemilikan gumiho Mi-ho sebagai alasan untuk mengatakan kalau semua itu membuatnya takut dan bahwa dia tidak bisa melakukannya lagi.

Mi-ho dengan segera berkata kalau dia akan menghentikan semua ini; dia akan melakukan apa saja. Dae-woong menepi dan meminta Mi-ho untuk keluar. Dae-woong menggertakkan gigi2nya dan mengucapkan pidato terakhirnya: dia mulai terikat pada Mi-ho tapi sekarang tidak ada jaminan apakah Mi-ho akan menjadi manusia dan dia tidak bisa terus hidup seperti ini. Dae-woong meminta Mi-ho untuk pergi dulu dan dia melakukannya; dia meminta Mi-ho untuk cepat pergi lagi sebab dia tidak tahan melihat Mi-ho lagi!

Mi-ho berdiri disana, di jalanan dan sangat kaget waktu Dae-woong melaju dengan mobilnya. Ketika di dalam mobilnya, Dae-woong mulai menangis saat dia meninggalkan Mi-ho di belakang dan bayangan Mi-ho mulai mengecil di kaca spion mobil Dae-woong. Mi-ho mencoba meyakinkan dirinya kalau Dae-woong sedang mengalami masa2 sulit dan bahwa semuanya akan membaik bila dia berusaha lebih keras lagi. Dae-woong mulai menuangkan soju dan Byung-soo mulai menghentikannya. Dae-woong meraih kembali botolnya dan berkata:
Dae-woong: Aku harus gila. Tidak mungkin dia pergi dalam sekali perintah. Dia akan kembali dan ketika dia melakukannya, aku harus benar2 sudah gila dan bertingkah seperti bajingan gila.
Mi-ho mencari Hye-in yang tidak mengatakan hal baru tapi malah mengatakan kalau Mi-ho adalah monster. Ketika Mi-ho sampai di rumah, Dae-woong sudah ada disana dalam keadaan pingsan. Byung-soo mengatakan pada Mi-ho kalau Dae-woong mabuk karena sedang mengalami masa2 sulit dan meminta Mi-ho untuk merawatnya baik2.

Ketika Dae-woong bangun keesokan paginya, Mi-ho menyapanya dengan penasaran. Dae-woong mencoba untuk bersikap kasar tapi Mi-ho sekarang adalah dirinya yang paling mengagumkan dengan mengingatkan Dae-woong kalau dia adalah lem super – apakah Dae-woong benar2 berpikir kalau dia akan bisa menyingkirkan Mi-ho dengan mudah? Tapi Dae-woong tidak boleh takut sekarang. Dae-woong mengumumkan kalau jika Mih- tidak pergi sekarang maka dia yang akan pergi. Lalu Dae-woong pun berlalu.

Mi-ho menghentikan Dae-woong, meminta agar bisa pergi dengannya, dan memohon agar Dae-woong marah saja kalau dia memang marah serta melakukan apapun yang dia suka selama dia masih bisa berada di sisi Dae-woong. Dae-woong merasa ragu selama beberapa saat pada kata2 Mi-ho tapi dia memperoleh kembali ketenangannya. Dae-woong mengatakan kalau dia tidak melihat Mi-ho dengan cara yang sama lagi sebab dia tahu siapa Mi-ho yang sebenarnya.
Mi-ho bertanya, “Kalau begitu, kau melihatku sebagai apa?” Bibir Dae-woong bergetar dan air mata mulai muncul dan dia berkata pada Mi-ho, “Monster.”

Dae-woong berlari sejauh yang bisa dicapai oleh kakinya saat Mi-ho melihat dari atap. Mi-ho mulai menangis ketika dia melihat Dae-woong meninggalkannya dan hujan pun mulai turun. Dae-woong menghentikan langkahnya ketika hujan mulai turun dan dia berdiri disana dalam keadaan basah, menangis ketika dia merasakan air mata Mi-ho jatuh dari langit.
Satu bulan kemudian, Dae-woong kembali dari Cina dengan seluruh kru film sebab mereka sudah menyelesaikan syutingnya. Dae-woong pulang ke rumah kakek dan mengeluarkan semua barang2nya dan mendesah saat dia mengeluarkan cincinnya yang sekarang dia simpan dalam sebuah kotak. Hatinya mencelos ketika dia berkata kalau sekarang adalah hari ke-88. Dae-woong rupanya masih ngitung!
Dae-woong pergi ke kantor Dong-joo tapi mendapati kalau tempat itu sudah di tutup untuk beberapa saat. Dae-woong berpikir kalau mereka (Dong-joo dan Mi-ho) pasti sudah berkemas dan pindah ke tempat yang jauh.

Padahal… Mi-ho dihentikan oleh seseorang di jalan dan bisa dilihat kalau dia juga tidak mengenakan cincinnya. Ketika ditanya namanya, dia berbalik dan berkata, “Park Sun-joo” sambil tersenyum.